Tarqiyah :
Muhammad Suwaidan
Sebanyak lebih dari 200 lembaga dari berbagai penjuru dunia kemarin mulai menggelar aksi bertujuan memblowup tindakan rasis diskrimintif 'Israel' penjajah terhadap bangsa Palestina dan memberikan dukungan atas aksi boikot 'Israel' dalam berbagai bidang. Lembaga-lembaga itu, termasuk di antaranya perguruan tinggi dan bank-bank penting dan terkenal di Amerika, Inggris dan Negara-negara barat, Afrika Selatan serta sejumlah Negara dunia lainnya ikut melaunching aksi yang mereka sebut “pekan apartheid 'Israel'”.
'Israel' turut merespon bahwa mereka sangat sensitive terhadap masalah boikot, menyikapi masalah ini dengan serius, merasa hal itu sangat berbahaya baik di level dalam atau luar negeri. Melalui media massa dan propaganda, 'Israel' berusaha meminimalisir tingkat kerugiannay dan berusaha menampakkan diri dengan wajah lain sebagai penjajah yakni wajah “manusiawinya”. Menurut sejumlah pejabat 'Israel', Pekan Apartheid 'Israel' yang sudah digelar di tahun ke-9 berturut-turut itu semakin ke sini semakin meningkat dan mendapatkan resmi luar biasa dari warga dunia. Aksi ini diikuti oleh banyak lembaga, badan, perguruan tinggi penting dan tersohor. Mereka kemudian secara resmi mengumumkan boikot 'Israel' atas tindakan rasis dan tidak manusiawinya terhadap bangsa Palestina yang kian hari kian brutal dan berusaha menghabisi Palestina di ranah politik atau di dunia nyata.
Karena aksi boikot 'Israel' makin hari makin meluas dan melibatkan banyak lembaga dan badan serta instansi di negara-negara yang pernah memiliki riwayat sejarah bersekutu dan bersahabat dengan Negara penjajah ini seperti di Amerika, Inggris, Perancis, Italia dan lainnya. Melalui “kekuasaannya” di media dan politik, 'Israel' menggalang kekuatannya untuk mempromosikan bahwa mereka adalah Negara demokratis dan sangat manusiawi. PM 'Israel' dan seluruh pejabat 'Israel' serta instansi dan lembaga akademis menyikapi masalah kampanye boikot 'Israel' dengan sangat serius dan tidak mengulur-ulur untuk mengambil keputusan untuk menghadangnya.
Karena itu, karena banyak factor, lembaga dan instansi baik resmi atau yang berbasis kerayatan harus turut dalam Pekan Apartheid 'Israel' ini dengan aksi yang sangat kuat. Mereka harus menggelar berbagai macam aksi anti 'Israel' di pekan ini dan masa-masa setelahnya. Tujuannya adalah mengungkap kedok asli 'Israel' yang busuk, memperluas aksi boikot 'Israel', dan menolak normalisasi dengannya.
Kampanye boikot 'Israel' di barat dimulai oleh dengan jumlah yang sangat terbatas dari aktivis, lembaga dan badan. Hari ini aksi anti 'Israel' ini diikuti oleh lebih dari 200 lembaga, badan, dan organisasi. Bahkan diikuti oleh aktivis yang berpengaruh di negeri mereka dalam berbagai bidang. Kampanye boikot 'Israel' ini bertambah kuat dan berpengaruh. Seharusnya aktivis di Negara-negara Arab juga turut dalam aksi ini dalam pekan ini. Sebab aksi semacam ini akan menyadarkan public tentang pentingnya boikot 'Israel' dan anti normalisasi dengan 'Israel'. (pip/to)
Al-Ghad Jordania
Wallahu A‘lam.
Muhammad Suwaidan
Sebanyak lebih dari 200 lembaga dari berbagai penjuru dunia kemarin mulai menggelar aksi bertujuan memblowup tindakan rasis diskrimintif 'Israel' penjajah terhadap bangsa Palestina dan memberikan dukungan atas aksi boikot 'Israel' dalam berbagai bidang. Lembaga-lembaga itu, termasuk di antaranya perguruan tinggi dan bank-bank penting dan terkenal di Amerika, Inggris dan Negara-negara barat, Afrika Selatan serta sejumlah Negara dunia lainnya ikut melaunching aksi yang mereka sebut “pekan apartheid 'Israel'”.
'Israel' turut merespon bahwa mereka sangat sensitive terhadap masalah boikot, menyikapi masalah ini dengan serius, merasa hal itu sangat berbahaya baik di level dalam atau luar negeri. Melalui media massa dan propaganda, 'Israel' berusaha meminimalisir tingkat kerugiannay dan berusaha menampakkan diri dengan wajah lain sebagai penjajah yakni wajah “manusiawinya”. Menurut sejumlah pejabat 'Israel', Pekan Apartheid 'Israel' yang sudah digelar di tahun ke-9 berturut-turut itu semakin ke sini semakin meningkat dan mendapatkan resmi luar biasa dari warga dunia. Aksi ini diikuti oleh banyak lembaga, badan, perguruan tinggi penting dan tersohor. Mereka kemudian secara resmi mengumumkan boikot 'Israel' atas tindakan rasis dan tidak manusiawinya terhadap bangsa Palestina yang kian hari kian brutal dan berusaha menghabisi Palestina di ranah politik atau di dunia nyata.
Karena aksi boikot 'Israel' makin hari makin meluas dan melibatkan banyak lembaga dan badan serta instansi di negara-negara yang pernah memiliki riwayat sejarah bersekutu dan bersahabat dengan Negara penjajah ini seperti di Amerika, Inggris, Perancis, Italia dan lainnya. Melalui “kekuasaannya” di media dan politik, 'Israel' menggalang kekuatannya untuk mempromosikan bahwa mereka adalah Negara demokratis dan sangat manusiawi. PM 'Israel' dan seluruh pejabat 'Israel' serta instansi dan lembaga akademis menyikapi masalah kampanye boikot 'Israel' dengan sangat serius dan tidak mengulur-ulur untuk mengambil keputusan untuk menghadangnya.
Karena itu, karena banyak factor, lembaga dan instansi baik resmi atau yang berbasis kerayatan harus turut dalam Pekan Apartheid 'Israel' ini dengan aksi yang sangat kuat. Mereka harus menggelar berbagai macam aksi anti 'Israel' di pekan ini dan masa-masa setelahnya. Tujuannya adalah mengungkap kedok asli 'Israel' yang busuk, memperluas aksi boikot 'Israel', dan menolak normalisasi dengannya.
Kampanye boikot 'Israel' di barat dimulai oleh dengan jumlah yang sangat terbatas dari aktivis, lembaga dan badan. Hari ini aksi anti 'Israel' ini diikuti oleh lebih dari 200 lembaga, badan, dan organisasi. Bahkan diikuti oleh aktivis yang berpengaruh di negeri mereka dalam berbagai bidang. Kampanye boikot 'Israel' ini bertambah kuat dan berpengaruh. Seharusnya aktivis di Negara-negara Arab juga turut dalam aksi ini dalam pekan ini. Sebab aksi semacam ini akan menyadarkan public tentang pentingnya boikot 'Israel' dan anti normalisasi dengan 'Israel'. (pip/to)
Al-Ghad Jordania
Wallahu A‘lam.
إرسال تعليق